Kenapa Anak Muda Butuh Healing?


Halo sahabat Bengkel Bunda, apa kabarnya? Semoga selalu baik-baik saja, ya! 

Hari ini kita akan membahas tentang fenomena yang marak di sekitar kita, terutama yang nampak di media sosial. 

Pernahkah sahabat Bengkel Bunda mendengar anak muda yang butuh healing? Anak muda zaman sekarang nampaknya akrab dengan kata-kata healing, depresi bahkan quarter life crisis

Beberapa waktu lalu, viral cuitan seorang mahasiswa yang stres karena tugas-tugas kampus. Dia stres, kuliah tak menyenangkan seperti yang dipikirkan. Banyak tugas! Tak ada waktu main sama bestie atau nonton Netflix. 

Lalu depresi, butuh healing. Pengen cuti satu semester. Jalan-jalan ke Bali sejenak. 

Oh, sefrustasi itukah? Benarkan seperti itu healing yang dibutuhkan? 

Menarik sekali membahas fenomena healing di kalangan anak muda. Tulisan ini selanjutnya akan membahas hal tersebut. Dengan bersumber pada video YouTube dari Profesor Rhenald Kasali, yang berjudul "Tahu Engga Healing itu Dibutuhkan Siapa?"

Apa itu Healing ?

Profesor Rhenald Kasali pun heran, kenapa anak muda zama sekarang itu sedikit-sedikit butuh healing, butuh self reward, dan lain sebagainya. Tentu ini ada faktor penyebabnya.

Namun sebelum membahas penyebabnya, Prof. Rhenald menjelaskan terlebih dahulu definisi healing. 

Healing adalah sebuah proses yang diperlukan untuk mengatasi luka psikologis di masa lalu, atau yang disebut sebagai luka batin. Healing adalah proses penyembuhan luka batin agar bisa berdamai dengan masa lalu. 

Anak muda zaman sekarang merasa butuh healing karena mereka pada dasarnya suka over thinking dan mengalami quarter life crisis. Semua itu tak lepas dari apa yang dilihat di sosial media. Postingan-postingan sosial media membuat mereka merasa insecure. 

Gelisah dengan pencapaian orang lain. Merasa dirinya tidak ada apa-apanya. Padahal, kita tahu sosial media tidak selalu menampilkan yang sebenarnya. Banyak juga kepalsuan di sosial media. Sebut saja, fenomena flexing para crazy rich akhir-akhir ini. 

Kenapa Butuh Healing?

Menurut Prof. Rhenald, ada beberapa faktor yang membuat anak muda merasa butuh healing, diantaranya : 

1. Salah menggunakan kata

Apa yang disajikan di sosial media banyak yang langsung diserap begitu saja. Hal-hal viral tak dikonfirmasi terlebih dahulu. Contohnya ya kata healing ini. Healing seringkali digunakan saat sedang stres dan butuh rehat. 

Anak muda salah dalam menggunakan kata healing. Healing tak sesederhana itu. Tidak semua kesulitan yang dihadapi membutuhkan healing. Ingat, healing adalah proses penyembuhan akan luka batin di masa lalu.

2. Self diagnosis

Sekarang ini, informasi mudah didapatkan. Berselancar sejenak di dunia maya, akan membuat kita mendapatkan informasi apapun. Ternyata ini ada dampaknya. 

Anak muda yang merasa butuh healing, suka melakukan self diagnosis. Berbekal apa yang ada di internet, mereka dengan mudah mengatakan bahwa dirinya butuh healing. Padahal ini salah. 

3. Strawberry generation

Banyak juga yang mengatakan bahwa generasi sekarang ini adalah strawberry generation. Ibaratnya buah strawberry yang mudah hancur saat terkena sesuatu, generasi sekarang cepat putus asa saat tertimpa masalah. 

Bagaimana bisa tercipta generasi strawberry? Tentu ada peran orang tua disini. Mengenai generasi strawberry akan ditulis di artikel selanjutnya, ya. 

4. Narasi orang tua

Sadarkah jika narasi orang tua juga yang membuat generasi mudah sekarang menjadi lebih mudah putus asa. Misalnya, orang tua seringkali melabeli anak dengan sebutan "anakku moody" ini nantinya akan menjadi pembenaran bagi sifat moody anak. 

5. Lari dari kesulitan

Banyak generasi muda yang lebih sering depresi saat mendapat kesulitan. Mereka sering lari saat ada masalah. Ini yang membuat akhirnya sedikit-sedikit butuh healing. 

Penutup

Jadi, nampaknya kata-kata healing digunakan secara tidak tepat. Apa yang terjadi pada generasi muda saat ini tentu ada penyebabnya. Butuh komitmen bersama untuk mengatasi fenomena ini. 

Perlu kolaborasi dari orang tua maupun pendidik, untuk mendidik generasi muda yang tangguh dan tidak mudah mengeluh. 

Sepakat?

No comments